Mencicipi Hasil Olahan Buah Unik Dari Dataran Tinggi Dieng
Carica. Apakah ini pertama kalinya kamu mendengar kata ini? Kalau iya, kamu tidak sendirian. Dan kalau kamu sebelumnya pernah mendengar kata carica, kemungkinan besar kamu pernah berkunjung ke dataran tinggi Dieng, atau bahkan tinggal disekitar tempat itu. Ayo kita berkenalan lebih dekat dengan carica. Sebenarnya, carica adalah sejenis buah yang berkerabat dekat dengan pepaya karena berasal dari keluarga Carica papaya. Maka tidaklah mengherankan kalau buah ini bentuknya mirip dengan pepaya.
Orang yang tinggal di sana sering menamai buah ini dengan Gandul Dieng karena salah satu kelebihan buah ini ‘hanya’ dapat tumbuh di sekitar dataran tinggi Dieng. Karena itulah hanya orang-orang yang pernah berhubungan dengan daerah ini saja yang pernah mencicip hasil olah buah carica.
Buah Carica. Credit: Source |
Kalau dilihat dari bentuk fisik, carica mirip dengan pepaya. Ukurannya kecil dengan panjang 7 – 15 cm dan diameter antara 3 – 8 cm. Daun buah ini agak sedikit tebal dan bila telah masak, warna kulit buahnya berwarna kekuningan dengan aroma wangi yang sangat khas. Buah ini juga hanya bisa tumbuh ditempat yang tinggi, curah hujan tinggi serta bersuhu dingin.
Kalau dirasakan, buah ini agak masam dan bertekstur kenyal. Kamu hanya tinggal membelah carica dan menyantap biji berwarna putih kalau penasaran ingin tahu bagaimana rasa buah mungil ini. Sedangkan untuk buahnya sangat cocok dan lezat kalau diolah menjadi manisan.
Buah Carica tergantung di pohon. Credit: Source |
Karena potensi hasil alam inilah kenapa sekarang penduduk yang tinggal di kawasan dataran tinggi Dieng tengah gencar menanam pohon carica untuk mengurangi masalah tanah yang makin kritis karena penggunaan lahan untuk budidaya kentang yang tidak seimbang.
Agrowisata carica yang ada di dataran tinggi Dieng difokuskan di Desa Karang Tengah Kecamatan Batur Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Ditempat ini diperkirakan ada sekitar 30 ribu pohon carica yang ditanam secara menyebar di berbagai lahan yang ditanami kentang. Selain itu, kawasan di sekitar Telaga Merdada juga dijadikan sebagai lahan untuk menanam buah carica karena bertujuan untuk mengurangi resiko erosi dari lahan yang mulai kritis karena telah digunakan untuk menanam kentang.
Perkebunan Carica. Credit: Source |
Dengan langkah seperti ini, diharapkan konservasi lahan yang ada di dataran tinggi Dieng dapat dihijaukan kembali sehingga kualitas tanahnya tidak semakin rusak. Akar pohon carica yang ditanam dipercaya dapat menyerap kandungan pupuk yang sudah larut di air Telaga Merdada.
Ini berarti, tanah yang ada disekitar telaga dapat digunakan sebagai penyaring dari kelebihan unsur-unsur hara yang telah larut dalam air. Pohon dan akar buah carica ini selanjutnya difungsikan sebagai pendaur ulang pupuk kimia yang ada dalam tanah sehingga bisa menumbuhkan pohon carica tanpa memerlukan pemupukan lagi saat ditanam.
Sebagai tanaman yang dijadikan alternatif untuk mengurangi resiko kerusakan lahan, maka kini sebagian besar masyarakat mulai gencar menanam buah carica. Dengan melakukan penanaman, pengolahan, produksi dan pemasaran olahan buah carica, kehidupan ekonomi masyarakat yang ada di sekitar dataran tinggi Dieng pun makin terbantu.
Jadi, kamu jangan heran saat berkunjung ke lokasi agrowisata carica karena disana banyak sekali penduduk yang menanam buah disekitar rumah serta di pematang sawah. Nah, saat kamu mampir ke kawasan dataran tinggi Dieng, kamu dapat dengan mudah menemukan dan mencicipi buah carica. Lain lagi dengan Desa Sumberejo yang baru memulai menanam carica sebagai tanaman alternatif.
Buah Carica yang baru dipetik. Credit: Source |
Disana, baru sekitar 3 ribu tanaman yang sudah ditanam, yang sekaligus dijadikan sebagai tanaman selingan selain dari kentang. Kalau kamu amati dan mau berhitung, tiap pohon carica konon bisa menghasilkan buah hingga 50 biji. Buah yang masih mentah berwarna hijau dan bergerombol seperti halnya buah pepaya.
Nah, kalau kamu sedang berada disana, cobalah untuk mencari tahu jenis olahan yang dapat dijadikan oleh-oleh. Sedangkan kalau kamu ingin mencicipi buahnya, biasanya carica dapat mudah dijumpai di pasar tradisional dan pinggir jalan disekitar Dieng – Wonosobo –Banjarnegara. Harganya tergantung musim.
Dan musim panen buah carica adalah bulan Juni – Juli. Jadi, pada bulan itu, kamu akan dengan mudah mendapatkan buah carica. Produk umum dari carica adalah selai, sirup, dan manisan. Kalau dari petani, harga buahnya hanya Rp2.000* per kg. Namun, harganya dapat melonjak saat musim panen telah lewat. Sedangkan olahan manisan dari buah carica dipatok dengan harga Rp10.000* – 13.000* tiap botol. Sedangkan sirup carica dijual dengan harga Rp15.000* per botol.
Proses pengolahan manisan Carica. Credit: Source |
Olahan buah carica ini sangat cocok dikonsumsi saat hari sedang panas dan terik. Kandungan vitaminnya juga tinggi karena terdapat vitamin B kompleks, vitamin C dan vitamin E yang sangat baik untuk antioksidan. Rasanya sangat segar dan nikmat. Apalagi kalau digunakan sebagai olesan roti. Kamu harus mencobanya saat berkunjung ke kawasan dataran tinggi Dieng.
Jadi, selain berwisata, kamu juga dapat berkenalan dengan buah baru, beserta olahannya yang dapat dijadikan oleh-oleh saat kamu berkunjung ke Dieng. Untuk daya tahan produk carica, kamu jangan khawatir karena manisan dan olahan buah carica dapat bertahan tanpa bahan pengawet sampai 1 tahun.
Kalau kamu sedang mencari-cari produk manisan, kamu bisa mendapatkannya dalam bentuk kemasan botol, cup atau mangkok, dan kemasan gelas. Nah, kalau kamu tertarik untuk mencicipi olahan buah carica, kamu tidak akan keliru lagi saat mencarinya di kios-kios yang banyak berjejer di sekitar kawasan dataran tinggi Dieng, Wonosobo, dan Banjarnegara. Selamat berlibur.
Keterangan * : Harga dapat berubah sewaktu-waktu.
0 comments :
Post a Comment