Mengenal Low Season dan High Season, mana yang kalian pilih?
Mengenal Low Season dan High Season, mana yang kalian pilih?
Dalam dunia traveling, kalian mungkin pernah mendengar istilah ‘high season’, ‘peak season’, ‘low season’, dan ‘shoulder season’. Namun sebetulnya, apa sih definisi dari masing-masing istilah tersebut? Apa artinya ‘high season’? Apa bedanya ‘high season’ dengan ‘peak season’? Benarkah ‘low season’ merupakan momen terbaik untuk melakukan traveling? Dan, apa sih maksudnya ‘shoulder season’ itu?
Yuk, mari kenali perbedaan dari masing-masing istilah tersebut. Dengan mengenali perbedaan antara high season, peak season, low season, dan shoulder season; traveller diharapkan dapat mengenali apa keuntungan dan kerugiannya jika melakukan traveling pada periode-periode tersebut.
Traveller pun bisa mengetahui kapan saja periode high season, peak season, low season, maupun shoulder season di negara tujuan wisata yang diinginkan. Otomatis traveller pun dapat menemukan periode liburan terbaik sesuai dengan selera dan juga budget.
PS: Oya, istilah keempat musim liburan ini sengaja menggunakan istilah aslinya (alias tidak di-Bahasa Indonesia-kan) karena belum menemukan kata serapan yang tepat.
* * * * *
HIGH SEASON
1. Apa Sih High Season Itu?
High season merupakan musim paling populer untuk pergi liburan; biasanya karena bertepatan dengan periode liburan sekolah atau periode liburan lainnya yang berlaku nasional.
Pantai yang penuh dengan pengunjung. Credit: Source |
Ciri utama dari high season ini adalah meningkatnya lalu lintas orang yang akan pergi berlibur, yang otomatis meningkatkan tingkat kepadatan pengunjung di daerah tujuan wisata. Namun, secara umum, peningkatan jumlah wisatawan yang berlibur pada high season ini masih lebih bersahabat dibanding peak season (lihat bagian ‘peak season’ untuk detail lengkapnya).
2. Sisi Positif High Season:
Pada periode high season, cuaca biasanya relatif lebih bersahabat. Cuaca buruk pun relatif jarang terjadi, sehingga kalian bisa lebih leluasa untuk menikmati momen liburan. High season juga biasanya menjadi momen yang tepat untuk menikmati suasana liburan outdoor, seperti melakukan hiking maupun mengunjungi pantai.
Di beberapa negara (khususnya negara-negara Eropa), high season biasanya terjadi pada musim panas. Otomatis sinar matahari lebih lama menyapa hari (kadang bisa sampai di atas jam 9-10 malam).
Karena banyaknya pengunjung, biasanya jam operasional tempat wisata pun lebih panjang dibanding musim liburan lainnya. Tempat wisata pun lebih banyak yang buka, sehingga kalian memiliki lebih banyak pilihan obyek wisata.
High season pun biasanya dimeriahkan dengan berbagai festival seru, entah itu festival musik maupun festival budaya. Contohnya jika kalian bepergian ke Jepang pada high season (kira-kira jatuh pada awal musim semi), biasanya akan ada banyak festival bertema Sakura. Atau jika pergi ke negara-negara Eropa di musim panas, umumnya banyak festival musik yang diadakan pada high season.
Pada high season, biasanya lebih banyak program tour yang diadakan di sebuah tempat. Kalian yang masih bingung menentukan itinerary bisa memanfaatkan aneka program tour yang ditawarkan.
Secara umum, suasana liburan akan lebih terasa karena kalian bisa melihat turis dimana-mana. Namun, tingkat kepadatan wisata di high season ini biasanya masih lebih rendah dibanding peak season, jadi level keramaiannya masih bisa ditoleransi.
Bagi kalian yang suka dengan suasana ramai, high season ini bisa menjadi musim yang menyenangkan karena suasana hostel biasanya lebih ramai dibanding musim lainnya.
3. Sisi Negatif High Season:
Sesuai hukum “supply and demand”, tingginya permintaan wisata pada high season juga membuat harga-harga melonjak. Jangan heran kalau pada high season rate kamar hotel dan hostel lebih tinggi 50-100% dari rate normal.
Begitu juga dengan harga tiket transportasi (seperti pesawat), umumnya lebih tinggi saat periode high season.
Antrian panjang dimana-mana! Sejalan dengan meningkatnya jumlah turis yang memadati sebuah tujuan wisata, jangan heran jika kalian akan melihat antrian yang mengular; mulai dari naik transportasi umum hingga antrian untuk masuk ke tempat wisata. Akibatnya, waktu untuk main dan bersenang-senang pun jadi terbatas karena terlalu lama mengantri.
Untuk negara-negara dengan sistem transportasi massal yang masih belum baik, high season juga bisa menjadi penyebab terjadinya kemacetan dimana-mana.
Bagi kalian yang kurang menyukai suasana ramai, traveling saat high season mungkin akan terasa seperti sebuah hukuman. Habisnya, kemana kalian melangkah, akan ada banyak orang yang bisa kalian temui. Bisa jadi kalian bakalan sulit menikmati keindahan sebuah tempat wisata, karena sejauh mata memandang yang terlihat hanyalah orang saja.
Biasanya akan lebih sulit menemukan akomodasi yang sesuai budget pada high season. Kalian juga akan lebih sulit menemukan kamar kosong seandainya saja tiba-tiba ingin pindah tempat menginap.
4. Kapan Periode High Season Itu Terjadi?
Jika pertanyaannya adalah “kapan”, maka jawabannya bisa sangat bervariasi. Periode high season bisa berbeda-beda untuk setiap daerah, apalagi setiap negara. Namun sebagai gambaran umum, berikut ini perkiraan high season yang ada di beberapa negara tujuan wisata populer dunia:
Indonesia:
High season di Indonesia terjadi pada periode liburan keagamaan dan liburan nasional seperti pada momen Imlek, libur Lebaran, serta pada liburan sekolah. Untuk Bali, high season juga terjadi selama bulan Agustus, walau pada saat itu tidak semua hotel akan menaikkan harganya pada periode tersebut.
Diluar waktu-waktu tersebut, musim kemarau menjadi musim ramai untuk pariwisata Indonesia. Harga-harga tiket dan hotel biasanya sedikit lebih tinggi pada bulan April-Oktober, yaitu saat hujan (secara teori) lagi jarang-jarangnya menyapa bumi. Pertengahan Juni hingga pertengahan Juli pun kerap dianggap sebagai high season, karena biasanya liburan sekolah terjadi pada waktu-waktu tersebut.
Asia:
High season negara-negara di Asia bisa sangat berbeda satu sama lainnya. Penyebabnya beragam, mulai dari perbedaan musim liburan, hingga perbedaan cuaca antara satu negara dengan negara lain.
Sebagai contoh, high season di Malaysia biasanya terjadi pada bulan Juni-Agustus. Kadang-kadang berlangsung hingga pertengahan September. Namun untuk wilayah Langkawi, biasanya high season terjadi pada bulan Januari-Maret, saat cuaca sedang bersahabat.
Untuk sebagian besar wilayah Thailand, high season terjadi pada bulan November hingga akhir Januari. Beberapa hotel bahkan sengaja memperpanjang high season hingga bulan Maret-April. Pada momen high season ini, harga hotel biasanya naik antara 30-100%. Sedangkan untuk daerah Koh Samui dan beberapa pulau lainnya, high season baru akan dimulai pada bulan Desember.
Sedangkan untuk negara Jepang beda lagi. High season biasanya terjadi pada musim semi, khususnya saat bunga Sakura mulai bermekaran (kira-kira bulan Maret-April), dan saat daun-daun mulai berubah warna di musim gugur.
Eropa:
High season di negara-negara Eropa biasanya jatuh pada musim panas, yaitu antara pertengahan Juni hingga akhir Agustus. Pada momen-momen tersebut, siang hari bisa sangat panjang karena matahari baru tenggelam jam 21.30-22.00. Kebayang nggak, bisa puas banget kan main-main menjelajah berbagai tempat wisata di Eropa saat musim panas?
Amerika & Kanada:
Untuk wilayah Amerika, high season rata-rata terjadi mulai dari musim semi hingga musim gugur, yaitu kira-kira antara bulan Mei hingga September. Untuk wilayah East Coast (seperti Maine, New England, New York, dan Washington DC), bulan Mei-Juni dan September-Oktober bisa dianggap sebagai high season.
Pada waktu tersebut, cuaca betul-betul sedang sangat bersahabat untuk merencanakan traveling. Sedangkan untuk Kanada, bulan April-Oktober kerap dianggap sebagai musim terbaik untuk mengunjungi negara tersebut (high season).
Australia:
Untuk Australia, high season biasanya terjadi antara bulan April hingga September, yaitu saat musim gugur hingga musim semi. Pada masa-masa tersebut, hampir seluruh tempat wisata akan beroperasi.
Menariknya, pada high season ini kadang kalian justru akan mendapatkan berbagai penawaran terbaik, seperti tiket pesawat yang lebih murah dibanding musim lainnya. Masih banyak penawaran menarik lainnya yang akhirnya membuat high season di Australia semakin meriah.
Afrika:
Berminat untuk mengunjungi Afrika Selatan? Jika kalian menyukai suasana wisata yang ramai, berkunjunglah pada periode high season yang jatuh antara bulan Oktober hingga Maret.
* * * * *
PEAK SEASON
Tembok Besar Cina saat tengah dipadati oleh wisatawan, via kotaku
1. High Season VS Peak Season
Beberapa traveler ada yang menyamakan high season dengan peak season, sehingga musim liburan hanya dibagi menjadi 3 periode saja: high/peak season,low season, dan shoulder season. Namun ada juga yang memisahkan antara high season dan peak season.
Ilustrasi momen padat pengunjung saat peak season. Credit: Source |
Perbedaan antara high season dan peak season memang tidak terlalu banyak, sehingga batas antara kedua periode liburan tersebut kadang bias. Walau sebetulnya nggak penting juga untuk diperdebatkan, namun nggak ada salahnya kita mengetahui apa sih bedanya antara high season dengan peak season.
Jika high season disebut-sebut sebagai musim populer untuk berlibur dan identik dengan segala keramaian serta kepadatan turis, maka peak season lebih dari itu. Peak season ini menandakan waktu paling padat dalam sebuah musim liburan; biasanya karena periodenya bertepatan dengan libur nasional maupun libur internasional (seperti pada periode libur akhir tahun dan tahun baru).
Peak season juga bisa terjadi jika ada masa liburan sekolah yang jatuh pada periode high season, sehingga membuat tingkat lalu lintas pariwisata menjadi semakin padat.
2. Sisi Positif Peak Season
Tak jauh beda dengan high season, peak season juga bisa menjadi momen liburan yang menyenangkan, khususnya bagi mereka yang menyukai keramaian.
Karena momen peak season ini kerap bersamaan dengan momen liburan sekolah, kalian nggak akan sulit menemukan obyek wisata ramah keluarga yang beroperasi di peak season (dengan konsekuensi waktu antrian yang lebih lama dan suasana yang lebih padat).
3. Sisi Negatif Peak Season
Harga-harga akan melonjak lebih tinggi dibanding high season. Misalnya saja untuk akomodasi, rate-nya bisa lebih dari 150% dibanding rate normal. Beberapa tempat makan mungkin akan menerapkan charge tambahan yang lebih tinggi dari rate normal.
Tingginya arus wisatawan juga membuat kalian akan lebih sulit lagi menemukan kamar kosong dibanding saat high season. Kalian mungkin harus melakukan booking 2-3 bulan sebelum tanggal yang diinginkan.
Jika suasana wisata saat high season saja sudah dipenuhi oleh wisatawan, maka peak season lebih dari itu. Kalian mungkin harus antri lebih lama lagi untuk bisa memasuki sebuah obyek wisata. Kalian pun mungkin harus ekstra susah payah mencari tempat kosong untuk berjemur di pantai favorit.
Saat high season, kalian mungkin masih bisa menemukan obyek wisata yang masih relatif sepi pengunjung (misalnya saja obyek wisata yang tidak terlalu populer). Namun saat peak season, hampir semua obyek wisata akan dipenuhi oleh pengunjung (dengan tingkat keramaian yang berbeda-beda).
Padatnya arus wisatawan mungkin saja akan membuat sejumlah tempat sengaja menaikkan harga jualnya (lebih tinggi dibanding saat high season).
Jangan heran kalau kalian akan terkena kemacetan yang lebih padat dibanding saat high season, apalagi jika dibandingkan dengan hari biasa.
Kalian akan lebih sulit menawar harga, entah saat naik kendaraan umum/menyewa kendaraan, maupun saat belanja. Itu karena para pedagang umumnya berpikiran, jika selalu akan ada pembeli lain yang membeli barang dagangan mereka.
Untuk beberapa wilayah, tingginya arus wisatawan hampir selalu berbanding lurus dengan tingginya jumlah sampah yang akan kalian lihat di sebuah obyek wisata.
Suasana mungkin saja akan lebih hectic dari biasanya, karena banyak wisatawan yang baru bisa liburan saat peak season, sementara tingkat kepadatan di obyek wisata lebih tinggi dibanding high season. Kalian mungkin akan sulit untuk merasakan suasana liburan yang sesungguhnya, kecuali jika berwisata dipeak season sambil menyewa resort private ya.
4. Kapan Sih Peak Season Itu Terjadi?
Sama seperti high season, periode peak season pun bisa berbeda untuk tiap negara. Namun, bulan Desember-Januari kerap menjadi peak season di banyak negara karena bertepatan dengan periode libur akhir tahun dan tahun baru. Beberapa negara yang memiliki peak season selain bulan Desember-Januari bisa dilihat dibawah ini:
Indonesia dan mayoritas negara lainnya di dunia:
Sama seperti mayoritas negara lain di dunia, peak season di Indonesia umumnya terjadi pada masa liburan akhir tahun dan liburan tahun baru (kira-kira mulai tanggal 20 Desember sampai awal Januari). Australia dan negara-negara di Afrika pun umumnya mengalami peak season saat liburan akhir tahun.
Asia:
Di Malaysia, ada dua periode peak season. Selain pada saat periode liburan akhir tahun-tahun baru, peak season juga kerap terjadi pada bulan Juni hingga Agustus. Kebanyakan negara di Asia dan Timur Tengah memiliki masa liburan sekolah pada bulan-bulan tersebut, dan Malaysia menjadi negara tujuan liburan favorit untuk keluarga yang memiliki anak-anak.
Suasana berbeda bisa kalian temukan di Jepang. Peak season di negara tersebut terjadi tak hanya saat liburan akhir tahun dan tahun baru (27 Desember-4 Januari), namun juga pada periode liburan “Golden Week” (29 April-5 Mei) dan Bon Festival (satu minggu di sekitar tanggal 15 Agustus).
Orang Jepang jarang memiliki waktu liburan, dan mereka baru pergi berlibur pada ketiga periode liburan tersebut. Bagi yang nggak suka keramaian, sebaiknya hindari melakukan wisata ke Jepang pada ketiga momen liburan tersebut.
Sedangkan untuk Korea Selatan, peak season biasanya terjadi pada minggu terakhir di bulan Juli hingga pertengahan Agustus; Jumat terakhir di bulan April-Sabtu pertama di bulan Mei (periode jatuhnya beberapa hari libur yang berdekatan); serta minggu terakhir di bulan Oktober hingga minggu kedua di bulan November.
Amerika, Kanada, Eropa:
Peak season di Amerika dan Kanada terjadi saat musim panas (Juni-Agustus), karena pada saat itu siang hari hangat dan malam hari dingin. Ada banyak paket wisata untuk hiking, sightseeing, tur dalam kota, hingga festival musik. Pada liburan musim panas pun sekolah akan diliburkan, sehingga obyek wisata akan ramai oleh pengunjung.
Di Eropa pun tak jauh berbeda. Umumnya peak season terjadi saat musim panas tiba. Hanya saja, saat bertepatan dengan liburan musim panas, banyak toko yang sengaja tidak beroperasi karena pemiliknya memilih berlibur ke tempat lain.
* * * * *
LOW SEASON
Pantai yang tampak lengang saat low season. Credit: Source |
1. Definisi Low Season
Bagi budget traveller, low season (kadang ada juga yang menyebutnya sebagai ‘off season’) selalu menjadi sahabat terbaik yang dinanti-nanti. Kebalikan darihigh season, low season merupakan musim liburan yang terjadi saat permintaan untuk liburan berkurang drastis dibanding musim liburan lainnya.
Low season biasanya terjadi diluar musim liburan, sehingga tak banyak wisatawan yang bepergian karena sibuk dengan rutinitas masing-masing. Low seasonbisa juga disebabkan karena musim atau iklim di sebuah destinasi wisata sedang kurang bersahabat
Misalnya saja, saat tengah musim hujan atau saat badai sedang sering menyapa sebuah daerah. Karena itulah jumlah wisatawan yang berwisata ke daerah tersebut relatif lebih sedikit dibanding hari biasa, dan suasana pun akan jauh lebih lenggang.
Terdengar menyenangkan ya? Apalagi jika kalian bukan penikmat suasana ramai. Namun tentu saja low season pun juga memiliki sisi positif dan sisi negatif, sama seperti saat high season dan saat peak season. Untuk detailnya, simak di poin B dan C berikut ini:
2. Sisi Positif Low Season
Karena jumlah wisatawan yang berwisata lebih sedikit dibanding musim lainnya, otomatis suasana di destinasi wisata pun jauh lebih lenggang dibanding musim liburan lainnya. Kalian akan lebih bisa menikmati suasana santai dan refreshing disaat low season.
Harga tiket pesawat umumnya jauh lebih murah saat low season. Bahkan terkadang kalian akan mendapatkan penawaran yang betul-betul menarik, misalnya saja promo diskon tiket hingga lebih dari 50%.
Selain harganya lebih murah, moda transportasi juga umumnya tidak terlalu penuh oleh wisatawan, sehingga nggak perlu booking beberapa bulan sebelumnya.
Begitu juga dengan harga kamar hotel, umumnya menawarkan rate yang lebih rendah dibanding musim liburan lainnya. Kadang rate tersebut sudah di-bundling dengan penawaran lain yang nggak kalah asyik seperti include fasilitas sarapan.
Kalian pun akan lebih mudah menemukan paket diskon wisata saat low season, seperti diskon makan di restoran, diskon masuk ke obyek wisata tertentu, dan lain-lain. Kadang ada juga lho yang menawarkan promo bundling tiket pesawat dan kamar hotel, sehingga harganya jauh lebih murah dan bersahabat dengan kantong.
Dan, kalian juga akan lebih mudah menemukan kamar kosong. Malah mungkin saja kalian akan mendapatkan kamar terbaik tanpa harus booking jauh-jauh hari sebelumnya. Untuk beberapa tipe akomodasi, mungkin saja kalian akan bisa menawar harga sehingga menjadi sedikit lebih murah.
Kalian akan lebih mudah menawar barang (saat belanja) karena saingannya tidak terlalu banyak.
Penduduk lokal umumnya lebih terbuka dan ramah saat menyambut wisatawan karena mereka tidak se-stress saat high season dan peak season.
Antrian di berbagai tempat wisata (kecuali tempat wisata super populer seperti Disneyland) tak sebanyak musim lainnya. Jadi kalian nggak perlu menambahkan kata “stress karena kelamaan antri” dalam momen liburan.
Di beberapa negara, banyak yang sengaja mengadakan event-event khusus untuk menarik wisatawan agar mengunjungi negara tersebut saat low season tiba.
Beberapa negara pun justru akan terlihat lebih cantik saat low season. Misalnya saja, kota-kota di Eropa akan terlihat menarik saat tengah diselimuti oleh salju musim dingin.
Secara keseluruhan, harga-harga di sebuah destinasi wisata umumnya jauh lebih rendah saat low season. Otomatis itu membuat pengeluaran jadi lebih bisa ditekan, dan budget traveller bisa lebih leluasa dalam mengatur budget.
3. Sisi Negatif Low Season
Salah satu penyebab terjadinya low season adalah faktor iklim dan cuaca yang kurang bersahabat pada momen-momen tersebut. Karenanya, berwisata saatlow season berarti kalian memiliki resiko lebih besar akan bertemu dengan cuaca yang kurang baik, yang mungkin saja akan memporakporandakan rencana wisata kalian.
Kondisi tersebut juga mengharuskan kalian membawa lebih banyak baju (yang berarti packing lebih berat). Apalagi jika tujuan wisata kalian adalah daerah yang mengalami cuaca ekstrim saat low season.
Di beberapa negara (khususnya negara-negara di Eropa), low season umumnya terjadi pada musim dingin. Konsekuensinya, waktu siang hari jadi lebih pendek dibanding waktu malam hari. Itu artinya waktu untuk kalian mengeksplorasi sesuatu akan jauh lebih singkat dibanding musim lainnya (seperti musim panas).
Musim dingin pun berarti kalian akan sulit menemukan pemandangan yang berwarna-warni seperti pada musim semi, musim panas, dan musim gugur. Walau tentu saja sebagai gantinya kalian dapat melihat-lihat suasana khas musim dingin dan salju (untuk beberapa negara).
Tidak semua tempat wisata beroperasi saat low season. Contohnya seperti pantai.
Kalaupun ada obyek wisata yang beroperasi, biasanya jam operasionalnya lebih singkat saat low season.
4. Kapan Sih Low Season Itu?
Masih tetap berminat merencanakan liburan saat low season? Jika ya, maka kalian perlu banget mengetahui kapan saja low season di berbagai negara tujuan wisata favorit.
Indonesia:
Secara general, low season di Indonesia terjadi saat musim hujan, yaitu antara bulan Oktober hingga April. Namun, karena Indonesia itu luas, tentu saja kita nggak bisa menyamaratakan low season di seluruh Indonesia.
Misalnya saja, untuk wilayah Bali, low season biasanya terjadi mulai tanggal 7 Januari hingga 31 Juni, serta pada bulan Agustus hingga pertengahan Desember. Sedangkan untuk wilayah Nusa Tenggara, Flores, Papua, dan Sumatra; biasanya low season terjadi antara Desember hingga Februari (dengan pengecualian saat liburan akhir tahun dan tahun baru).
Asia:
Sama seperti musim traveling lainnya, low season di berbagai negara Asia pun bisa sangat berbeda-beda. Contohnya, untuk wilayah Langkawi di Malaysia, low season biasanya terjadi pada bulan September dan Oktober; yaitu saat musim penghujan tiba. Sedangkan untuk Thailand, biasanya low season terjadi di antara bulan Mei hingga September.
Low season di Jepang biasanya berkisar setelah musim gugur (kira-kira akhir Oktober-November) hingga menjelang musim semi (bulan Maret), dengan pengecualian saat liburan akhir tahun dan tahun baru.
Namun ada juga beberapa daerah di Jepang yang baru mengalami low season di awal bulan Desember. Korea Selatan pun periode low season-nya tak jauh beda dengan Jepang, dengan pengecualian yang sama di saat liburan akhir tahun dan tahun baru.
Amerika & Kanada:
Beberapa situs traveling mencatat jika low season di mayoritas wilayah Amerika terjadi selama bulan September, serta pada pertengahan Januari hingga akhir Februari. Sedangkan untuk Kanada, low season terjadi pada bulan Oktober dan November, serta pada bulan Januari hingga April.
Eropa:
Low season biasanya terjadi mulai pertengahan November hingga perayaan Paskah.
Australia:
Biasanya low season di Australa terjadi antara bulan Oktober hingga Maret. Pada periode tersebut, mayoritas wilayah Australia akan mengalami cuaca yang terlalu panas.
Banjir pun kerap melanda di beberapa wilayah, dan nyamuk pun sedang banyak-banyaknya (terutama di bulan Januari). Sedangkan untuk kawasan pantai dan laut, sedang tidak aman untuk berenang karena tengah musim ubur-ubur.
Afrika:
Untuk Afrika Selatan, low season terjadi antara bulan April hingga September. Pada bulan-bulan tersebut, cuaca bisa cukup dingin di pagi dan malam hari. Taman-taman tidak terlalu ramai (kecuali saat liburan sekolah). Sisi positifnya, kehidupan alam liar jadi lebih mudah diamati karena vegetasi lebih sedikit dibanding musim lainnya.
* * * * *
SHOULDER SEASON
Ilustrasi shoulder season. Credit: Source |
1. Apa Itu Shoulder Season?
Istilah shoulder season mungkin masih terasa asing di telinga mayoritas traveller. Kebanyakan website traveling (khususnya website traveling Indonesia) biasanya hanya membagi musim liburan menjadi high season dan low season, namun jarang menyinggung tentang shoulder season. Jadi, shoulder season itu apa sih?
Shoulder season (kadang disebut juga sebagai mid season) merupakan sebuah musim liburan yang terjadi di antara high season dan low season. Walau low season disebut-sebut sebagai musim terbaik untuk menekan budget, namun banyak smart traveller berpendapat jika musim liburan terbaik yang sesungguhnya terjadi pada shoulder season.
Seiring berjalannya waktu, dan dengan semakin banyaknya review dari para traveller yang mengulas kelebihan shoulder season, akhir-akhir ini popularitas shoulder season sebagai musim traveling terbaik pun semakin meningkat. Mungkin hanya perlu menunggu waktu saja hingga istilah ini memiliki popularitas setara high season dan low season.
2. Sisi Positif Shoulder Season
Pada periode shoulder season, suasana di destinasi liburan tidak akan seramai saat high season dan peak season, walau memang tidak sesepi saat low season. Otomatis suasana liburan pun akan jauh lebih bisa dinikmati dibanding saat wisata di high season dan peak season.
Kalian akan mendapat penawaran harga yang lebih baik dibanding saat high season dan peak season. Harga tiket pesawat sudah tidak terlalu tinggi, begitu juga dengan rate akomodasi. Jika dibandingkan dengan liburan di high dan peak season, kalian bisa lebih menekan budget dengan berlibur di shoulder season.
Cuaca saat shoulder season pun relatif masih lebih bersahabat dibanding saat low season. Bunga-bunga pun mulai bermekaran dan pepohonan mulai kembali menghijau. Dengan kata lain, kalian akan mendapatkan kombinasi terbaik antara harga dan juga pengalaman berwisata di shoulder season.
Penduduk setempat umumnya sudah tidak terlalu stress dan tegang karena jumlah wisatawan tidak sebanyak saat high atau peak season, sehingga mereka akan siap menyambut wisatawan dengan lebih hangat.
Jika saat high season dan peak season kalian akan sulit mendapat diskon penerbangan maupun diskon rate hotel, maka saat shoulder season banyak maskapai dan hotel yang mulai berlomba-lomba memberikan paket diskon.
Hostel dan hotel sudah tidak terlalu penuh, namun masih cukup menyisakan suasana liburan karena jumlah wisatawan yang menginap disana masih cukup banyak.
Antrian masuk ke sebuah obyek wisata pun sudah nggak sepanjang saat high season dan peak season. Asyik kan?
3. Sisi Negatif Shoulder Season
Shoulder season biasanya terjadi saat pergantian musim. Walau cuaca sudah tidak seekstrim saat high season maupun low season, masalah cuaca tetap saja sulit untuk diprediksi. Kalian mungkin saja akan tetap mendapat hujan, dan itu berarti kalian harus siap membawa payung maupun jaket.
Jika bepergian pada shoulder season di antara musim dingin dan musim semi/panas, mungkin masih ada beberapa obyek wisata yang belum beroperasi. Namun secara keseluruhan, tempat yang bisa dinikmati saat shoulder season masih jauh lebih banyak dibanding saat low season.
Selain itu, bepergian pada shoulder season antara musim dingin dan musim semi (khususnya di negara 4 musim) juga berarti waktu siang hari yang masih relatif lebih pendek dibanding saat musim lainnya. Jam operasional beberapa tempat wisata mungkin saja masih belum sepanjang high season dan peak season.
Harga-harga pastinya belum semurah saat low season. Namun tetap saja masih lebih hemat dibanding saat high season maupun peak season.
4. Shoulder Season di Berbagai Negara
Sama seperti musim traveling lainnya, shoulder season pun bisa sangat berbeda untuk setiap negara. Beberapa shoulder season mungkin masih memiliki irisan waktu dengan high season dan low season.
Jadi, jika kalian berencana untuk melakukan traveling saat shoulder season, tetap lakukan survey lanjutan sebelum menentukan tanggal traveling yang tepat (terutama survey mengenai harga). Sedangkan untuk bocoran destinasinya, intip daftarnya berikut ini:
Indonesia:
Bulan September dan Oktober disebut-sebut sebagai shoulder season-nya wilayah Bali. Pada periode tersebut, hujan masih relatif jarang menyapa bumi, sehingga cuacanya masih cukup bersahabat untuk melakukan petualangan outdoor.
Asia:
Mari mulai dari negara Malaysia lebih dulu. Shoulder season di Malaysia (khususnya di Langkawi) biasanya terjadi pada bulan Maret, April, dan Desember. Untuk negara India, bulan Maret disebut-sebut sebagai waktu ideal untuk traveling kesana sebelum temperatur meningkat drastis.
Sedangkan untuk Thailand, shoulder season biasanya jatuh di bulan Maret dan Oktober. Namun ada juga yang berpendapat jika shoulder season di Thailand itu terjadi di bulan Juni, sebelum turis memadati Thailand di bulan Juli.
Untuk negara Jepang dan Korea Selatan, shoulder season terjadi di bulan Juni dan Juli, serta September hingga Desember. Pada periode tersebut, cuaca masih cukup nyaman untuk dinikmati, walau mungkin saja sesekali kalian akan mendapat hujan.
Amerika dan Kanada:
Shoulder season di Amerika biasanya jatuh di antara bulan April-Juni, serta September-Desember. Tentu saja masing-masing wilayah akan mengalami shoulder season yang berbeda-beda. Sebagai contoh, pulau Karibia dan Patagonia mengalami shoulder season di bulan April, November, dan Desember.
Shoulder season di Costa Rica dan Belize jatuh pada bulan Mei. Meksiko akan mengalami shoulder season di bulan Juni dan Oktober; sementara shoulder season di Nantucket jatuh pada bulan September-Oktober.
Eropa:
Umumnya, shoulder season di mayoritas negara Eropa terjadi di antara pertengahan September hingga akhir November. Selain itu, shoulder season juga bisa dinikmati setelah perayaan Paskah hingga pertengahan bulan Juni. Sedangkan untuk wilayah Mediterania, shoulder season terjadi di bulan April dan Oktober. Berbeda dengan negara Yunani yang mengalami shoulder season di bulan September dan Oktober.
Australia dan Oceania:
Untuk wilayah Australia, shoulder season biasanya terjadi pada bulan Mei-Juni. Sedangkan untuk New Zealand, shoulder season terjadi pada bulan November, Desember, dan bulan April.
Afrika:
Secara umum, shoulder season di Afrika terjadi antara bulan Maret-April dan September-November. Jika didetailkan lagi, negara Botswana mengalami shoulder season di bulan Maret, April, dan November.
Shoulder season di Afrika Selatan jatuh pada bulan September, sementara Moroko mengalami shoulder season di bulan September-Oktober. Sedangkan untuk Kenya, shoulder season di negara tersebut bisa dinikmati pada bulan Oktober dan November.
Dari keempat musim liburan tersebut, mana yang paling menarik untuk kalian?
0 comments :
Post a Comment